PREMAN PENSIUN
Pada kesemapatan ini saya akan coba mengungkap sisi lain
dari latar belakang, alur cerita dan pesan “terselubung” dibalik sinetron PREMAN PENSIUN ini. Berbeda dengan
kebanyakan acara TV yang hanya menyedot lebih focus kepada special market , seperti
kaula muda , ibu-ibu rumah tangga, politisi, atau yang bernuasa religius saja.
Salah Satu Aktor Kawakan Preman Pensiun Epy Kunsnandar
Berdasarkan hemat saya ada sekurang-kurangnya 4 keunggulan sinetron PREMAN PENSIUN berhasil mendapat rating meroket dari acara-acara lainnya, baik di RCTI sendiri maupun dibanding stasion TV nasional lainnya :
1.FENOMENAL
Fakta yang ada di tengah masyarakat kita memang dirasakan
oleh banyak kalangan tentang keberadaan preman dalam tatanan kehidupan sosial masyarkat sehingga tema ini cukup mengakar alias
membumi.
2.KESEDERHANAAN
Di saat kondisi ekonomi masyarakat bawah dibayangi-bayangi
ketidakjelasan , harga pada melambung, begal di mana-mana, berita perampokan di
siang bolong bahkan terjadi di rumah
perwira polisi sekalipun. Mau tidak mau rasa pesimistis terhadap glamor kehidupan kelas atas dan jurang
ekonomi dan kesulitan melakoni berbagai pilihan dalam hidup kian
nyata. Reflexi realita strata sosial dalam kemasan yang sederhana mudah dicerna
dan didukung oleh pemain kawakan low profile merupakan bagian kunci kesuksesan sinetron PREMAN
PENSIUN merebut perhatian pemirsa
3.LOGIC HUMORIS
Berbeda dengan kebanyakan film dan sinetron komedi lainnya
yang terkadang dipaksakan acting lucunya,
pada PREMAN PENSIUN alur cerita lucu dan menggelikan dikemas semasukakal
mungkin sehingga tanpa sadar para actor bermain
sangat serius dalam kelucuan atau lucu dalam keseriusan.
4.SANTUN MENDIDIK
Dahsyatnya dunia komunikasi ke seluruh penjuru dunia tanpa
batas, sadar atau tidak sadar merobak tatanan sosial etika masyarakat.
Sehingga tatakrama, sopan santun dan
budi pekerti semakin hari semakin menjadi barang langka. Hirarki bertutur kata
menjadi kacau, setidaknya dipandang dalam sudut ketimuran. Kata-kata
Sapaan Penghormatan kepada orang yang lebih tinggi usia atau disegani seperti ;
Bapak, Abang, Akang, Kakak, dll sudah mulai luntur dan salah kaprah
penggunaanya. Seorang wartawan sekarang tidak asing lagi memanggil Anda kepada
sorang Presiden, Mentri, Gubernur dll. Bahkan seorang anak SD sekalipun berani
panggil JOKOWI kepada Presiden. Dan di kehidupan sehari-hari sering kita dengan
seorang murid panggil “Lu” kepada gurunya. Sang guru pun manyun-manyun aja.
Duni apa ini.. Apa kata dunia. Tetapi lain halnya dalam adengan PREMAN PENSIUN,
tatanan berbahasa dijaga betul
menempatkan sesuai porsi dan fungsinya.
Sementara ini hasil pengamatan kasar saya setelah mengikuti
dan mencermati sinetron PREMAN PENSIUN yang mungkin masih terbit dengan beberap
sesi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar