Thomas Hobbes
MAKALAH POLITIK
PEMIKIRAN DAN PANDANGAN
THOMAS HOBBES TERHADAP POLITIK BARAT
Disusun Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pemikiran Politik Barat
Disusun
Oleh: Kelompok 3
Oci Khairani 1501121784
Halim Munib Muslim 1501123930
Avifa Anjeli 1501121998
Hajrah 1501121837
Fany Samya Rahmadeni 1501121787
Rosa Mika Susan 1601110010
Lidia Melita 1601110197
Dewi Harnum 1601110237
Cika Ahdya Dewi Pratama 1601110153
Andre Bob Rinaldi Sitompul 1601110183
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Universitas Riau
2017
Kata
Pengantar
Puji
syukur penyusun ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat Rahmat
dan Ridho-Nya penyusun dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul: “Pemikiran Dan Pandangan Thomas Hobbes Terhadap Politik Barat”.
Makalah ini akan menceritakan perjalanan hidup seorang
filsuf berkebangsaan Inggris, Thomas Hobbes, sejak dari kelahirannya, kehidupan
masa kecilnya, riwayat pendidikannya,
pekerjaannya, hingga bagaimana akhir hayatnya. Makalah ini terutama juga akan
menjelaskan pemikirannya dan pengaruhnya yang memberikan sumbangsih cukup besar
terhadap politik di Dunia Barat.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun sudah berusaha
segenap kemampuan, namun penyusun sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca agar nantinya dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.
Pekanbaru, 18 April 2017
Penyusun
Daftar
Isi
Sampul Makalah.................................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii
BAB
I Pendahuluan.......................................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
1.4 Manfaat............................................................................................................. 2
BAB
II Pembahasan.......................................................................................................... 3
2.1
Sejarah dan Kisah Hidup Thomas Hobbes........................................................ 3
2.2
Pemikiran dan Pandangan Politik Thomas Hobbes........................................... 7
2.3
Karya-karya Thomas Hobbes............................................................................. 10
2.4
Thomas Hobbes dan Hubungannya dengan Tokoh Pemikir Lainnya................ 13
BAB
III Penutup............................................................................................................... 16
3.1
Kesimpulan........................................................................................................ 16
3.2
Saran.................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 18
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Lahirnya suatu konsep mengenai
politik tentu berasal dari proses berfikir yang sangat panjang dan mendalam.
Pada politik Barat, ada tiga peradaban besar yang menjadi dasar filsafat, ilmu
pengetahuan dan budaya dapat terus berkembang. Tiga peradaban tersebut yakni
Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani, dan peradaban Islam.
Dari tiga peradaban tersebut,
lahirlah para pemikir dan filsuf-filsuf hebat yang menyumbangkan pemikirannya
tentang masyarakat, negara, kekuasaan, atau secara umum di bidang politik.
Adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles, tiga filsuf utama Yunani yang menjadi
pionir terhadap filosofi-filosofi dan berbagai pemikiran yang berkembang
setelahnya. Tiga tokoh pemikir besar ini turut andil dalam memengaruhi
tokoh-tokoh pemikir Barat lainnya.
Salah satu tokoh pemikir politik
Barat adalah Thomas Hobbes. Banyak buah hasil pemikirannya dan karya-karyanya
terhadap politik di Barat. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai
kehidupan pribadi Thomas Hobbes dan filosofi-filosofinya terhadap politik.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kisah hidup
Thomas Hobbes dari sejak kelahirannya hingga wafatnya?
2.
Apa saja
pemikiran-pemikiran Thomas Hobbes dan teorinya mengenai politik?
3.
Apa saja hasil
karya-karya yang diciptakan Thomas Hobbes?
4.
Bagaimana hubungan
antara Thomas Hobbes dengan tokoh pemikir lainnya?
1.3
Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan secara
ringkas dan jelas bigrafi tokoh pemikir politik Barat, Thomas Hobbes.
2.
Menerangkan pandangan
dan filosofinya tentang politik.
3.
Memaparkan dan
menjelaskan karya-karya yang diciptakan oleh Thomas Hobbes.
4.
Menjelaskan hubungan
antara Thomas Hobbes dengan para pemikir atau ilmuwan lainnya yang membuatnya
terinspirasi dalam berpikir tentang politik.
1.4
Manfaat
Manfaat
disusunnya makalah ini adalah:
1.
Agar para pembaca
mengetahui sejarah singkat tentang kisah hidup Thomas Hobbes dan dapat
mengambil pelajaran atas kisah tersebut.
2.
Memahami bagaimana
pemikiran seorang Thomas Hobbes terhadap politik.
3.
Mengetahui karya apa
saja yang sudah dihasilkan oleh Thomas Hobbes.
4.
Supaya para pembaca
memahami tokoh-tokoh siapa saja yang terlibat dalam mengilhami Thomas Hobbes
dalam membentuk pemikiran-pemikirannya.
BAB II
Pembahasan
2.1 Sejarah dan Kisah
Hidup Thomas Hobbes
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di
Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London.Ia
dilahirkan pada tanggal 15 April 1588 dalam keadaan prematur. Pada saat Hobbes
dilahirkan, armada Spanyol dari pasuka Philips II sedang melakukan penyerbuan
ke Inggris. Selain itu di inggris juga sedang terjadi perang saudara,
terjadinya ketakutan dan kekhawatiran semakin merajalela.
Keadaan dan kondisi yang mencekam pada
masa itulah yang membuat psikologi ibu Hobbes terganggu sehingga melahirkan
bayi hobbes dalam keadan prematur. Ayah
Hobbes adalah seorang pendeta lokal miskin yang mewakili Paus untuk Charlton
dan Westport, bagian dari Malmesbury,tapi sosok ayah yang tidak berpendidikan
dan temperamen tersebut menimbulkan suatu permasalahan dengan pihak gereja yang
menyebabkan ia kabur dari kota dan meninggalkan Hobbes di usianya yang masih
muda. Akhirnya Thomas Hobbes diasuh oleh pamannya.
Pada tahun (1603-1608),saat berusia 14
tahun Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford University dan mendapatkan gelar
BA lima tahun kemudian. Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai
pelajaran fisika dan logika Aristoteles. Tetapi Hobbes sempat mempelajari
pemikiran Aristoteles yang kemudian hari pernah di kritiknya.Hobbes lebih suka
membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta
mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang.
Karena itulah, astronomi adalah bidang sains yang mendapat perhatian
dari Hobbes, dan terus digelutinya. Hobbes sempat menyesali dirinya karena
tidak sempat mempelajari matematika semasa ia menempuh pendidikan di oxford.
Setelah menyelesaikan pendidikannya pada
usia 22 tahun, Hobbes mendapat pekerjaan sebagai pengajar keluarga bangsawan,
yakni keluarga Cavendish di Inggris. Murid Hobbes adalah William Cavendish yang
merupakan pewaris keluarga tersebut. Selain sebagai guru, Hobbes juga berperan
sebagai sekretaris, teman, dan bendahara dari William Cavendish.
Bersama dengan William, Hobbes berkenalan
dengan dunia politik, baik dalam pemikiran maupun praktik. Pada tahun 1614 dan
1621 Willliam menjabat sebagai anggota parlemen sehingga Hobbes dipastikan
turut serta dalam sidang-sidang parlemen.
Pada tahun 1628 William Cavendish
meninggal, Hobbes pun berhenti dari pekerjaanya di keluarga Cavendish selama
dua tahun. Dan pada saat itu Hobbes telah menyelesaikan terjemahan dari
Thucydides. Karya Hobbes tersebut merupakan karya ilmiah yang berharga sebab
merupakan karya pertama yang merupakan terjemahan bahasa Inggris langsung dari
bahasa Yunani.
Di dalam karya tersebut, Hobbes
memperlihatkan sikapnya yang pro terhadap monarki Inggris dan tidak begitu
menyukai sistem demokrasi. Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa
Thucydides adalah sejarawan favoritnya sebab "ia memperlihatkan betapa
tidak kompetennya sistem demokrasi".
Pada tahun 1636 (Oktober), Hobbes
kembali ke Inggris dan ia banyak menggunakan waktunya untuk karya-karya
filsafat. Salah satu karya sains-filsafat
Hobbes yang paling awal adalah sebuah manuskrip tentang optik yang berjudul
"Latin Optical MS". Karya tersebut telah selesai dikerjakan pada
tahun 1640. Hobbes juga menulis manuskrip lain tentang metafisika dan
epistemologi.
Pada tahun 1637, kekuasaan absolut Raja
Charles I mulai dipersoalkan. Hobbes memperlihatkan dukungan kepada raja dengan
mendedikasikan bukunya yaitu "Elemen-Elemen Hukum" dan kedua karya
Hobbes lainnya ‘De Cive dan Leviathan’ untuk menjawab persoalan kekuasaan absolut.
Pada tahun 1640, Hobbes mulai
mempertimbangkan untuk tinggal di Paris, Perancis, dengan alasan keselamatan
dirinya dan untuk lebih merangsang pemikirannya. Karena ketidakstabilan politik di Inggris juga telah
mengilhami Hobbes untuk menulis tentang bagaimana pendiriannya terhadap
kehidupan politik maupun kehidupan masyrakat. Akan tetapi, apa yang menjadi
alasan langsung dari kepergian Hobbes dari Inggris menuju Perancis adalah debat
yang terjadi di parlemen pada tanggal 7 November 1640. Di sana, para anti-monarki
mulai menyuarakan penentangan terhadap orang-orang yang pro-monarki dan
mendukung kekuasaan absolut. Karena Hobbes kuatir akan dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan bukunya yang berjudul "Elemen-Elemen Hukum",
akhirnya ia pergi ke Paris.
Di Paris, Hobbes dapat dengan cepat
menyatu dengan situasi intelektual di sana karena dibantu oleh rekannya
Mersenne.Pada tahun 1642, Mersenne juga membatu penerbitan karya Hobbes
"De Cive".
Melalui buku tersebut, Hobbes
mengukuhkan diri sebagai penulis dalam bidang politik yang memiliki reputasi di
seluruh Eropa. Melalui Mersenne juga, Hobbes dapat berkenalan dengan para
filsuf dan ilmuwan Perancis.
Selama periode 1640-an, Hobbes lebih
banyak memberikan perhatian kepada fisika, metafisika, dan teologi ketimbang
filsafat politik.Pada tahun 1642-1643, Hobbes menulis karya yang melawan
pandangan seorang filsuf Aristotelian Katolik yang bernama Thomas White.
Pada tahun 1645, Hobbes berpolemik dengan seorang teolog Gereja Anglikan yang bernama John Bramhall mengenai hakikat
kehendak bebas.
Pada tahun 1646, Hobbes diminta untuk
menjadi pengajar matematika bagi Pangeran Charles II, anak dari Raja Charles I.
Pekerjaan tersebut membawa Hobbes berhubungan lebih intensif dengan para
politisi, pejabat istana, dan pejabat-pejabat gerejawi, yang semuanya merupakan
pihak-pihak yang pro-monarki. Situasi tersebut membuat Hobbes kembali memasuki
bidang politik.Pada tahun 1651 (April) Karya Hobbes yang berjudul
"Leviathan" diterbitkan di Inggris dengan bantuan seorang temannya.
Pada tahun 1648, Hobbes mulai
merencanakan untuk kembali ke Inggris. Disebabkan oleh situasi politik Inggris
telah berubah karena Raja Charles I telah dieksekusi pada tahun 1649. Buku
hasil karya Hobbes yang berjudul "Leviathan" dapat dilihat sebagai pergeseran pandangan
politik Hobbes ke arah yang lebih netral, sebab di situ ia tidak lagi dengan
terang-terangan mengakui bahwa dirinya
pro-monarki, melainkan berbicara soal kekuasaan saja.Sebaliknya, pandangan
Hobbes soal agama di dalam buku "Leviathan" membuat Hobbes memiliki
masalah dengan orang-orang di sekitar Charles II, khususnya kaum agamawan.
Hobbes terancam untuk dibawa ke pengadilan oleh para pejabat gerejawi Perancis.
Pada tahun 1651, Hobbes melarikan diri
dari Perancis menuju Inggris karena permasalahan yang dihadapinya. Sepulangnya
ke Inggris, Hobbes ke pekerjaannya dahulu yakni menjadi pengajar di keluarga
bangsawan. Nama buruk yang akan diterima Hobbes karena "Leviathan"
tidak dengan segera muncul di Inggris. Kebanyakan pembaca awal dari buku
tersebut cukup terkejut dengan isinya tentang agama, namun tidak segera
mengomentarinya.
Pada era 1660-an, Hobbes mendapat
tekanan dari pihak agamawan karena pandangannya tentang agama.Pada awal tahun
1660-an ada rumor yang mengatakan beberapa Uskup Gereja Anglikan akan
menetapkan pandangan Hobbes sebagai sesat. Selain itu pada tahun 1666, komite
Dewan Rakyat (House of Commons) didesak untuk menginvestigasi buku
"Leviathan".
Pada akhir dekade 1660-an Hobbes
merespons tekanan yang muncul dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang secara
terbuka mempertahankan dirinya dari segala kritik mengenai keimanan Hobbes.
Beberapa tulisan tersebut, termasuk biografi singkat Hobbes, adalah
"Mempertimbangkan Ulang Tuan Hobbes”, dan sebuah karya tentang polemik
sejarah gereja dalam bahasa Latin berjudul "Historia ecclesiastica"
pada tahun 1688.
Akhir Hidup
Pelbagai publikasi yang dilakukan Hobbes
(dengan ditambah karya-karya lain tentang matematika dan terjemahan Iliad dan
Odyssey karya Homeros dalam bahasa Inggris) membuktikan produktivitas Hobbes
pada usia yang semakin lanjut.
Saat Hobbes berusia 63 tahun ketika
"Leviathan" diterbitkan, dan ia terus menulis hingga umur 91 tahun
ketika ia meninggal. Hobbes hidup bersama keluarga Cavendish yang memberinya
perlindungan dam keamanan. Kemudian saat Charles II, mantan muridnya,
mendapatkan kekuasaan di Inggris, Hobbes mendapat pengampunan karena ia lari ke
Inggris dan berpihak ke kubu anti-monarki.
Kendati Hobbes memiliki pengikut setia
di Inggris, namun ia lebih dihormati dan memiliki pengaruh di Perancis. Ia
dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah ada dan buku
"Leviathan" yang ditulisnya menjadi terkenal di sana.
Hobbes meninggal pada tanggal 4 Desember
1679. Ia mengidap sakit serius sejak bulan Oktober dan seminggu sebelum
meninggal ia terkena stroke. Hobbes dimakamkan di Hault Hukcnall, dekat
Hardwick Hall. Di atas batu nisannya, terdapat perkataan yang ditulis oleh
Hobbes sendiri: "Dia dalah seorang ahli dan karena reputasinya dalam
banyak ilmu ia dikenal luas baik di dalam negeri maupun luar negeri."
2.2 Pemikiran
dan Pandangan Politik Thomas Hobbes
Hobbes merupakan sosok filsuf yang
tumbuh di bawah prahara politik sosial pada masa itu. Politik yang penuh
anarkhis di abad ke-17, dimana adanya perang dan konspirasi baik karena agama
maupun perang sipil yang berkecamuk di
Inggris. Ia sendiri melukiskan dirinya identic dengan ketakutan itu : fear and I, Hobbes said, were born together
dimana dia melukiskan dirinya yang lahir bersamaan dengan rasa ketakutan
didalam dirinya kerena kondisi Inggris yang sangat mencekam pada masa itu.
Adanya tuntutan yang keras agar terjadinya perubahan disemua bidang diantaranya
dalam bidang intelektual, falsafah dan bidang ilmu pengetahuan serta politik, pada saat tuntutan keras
inilah Hobbes hadir sebagai seorang filsuf dan pemikir besar di Inggris.
Pada usia 22 tahun, Hobbes mulai
memberikan pendidikan pada seorang bangsawan dan anaknya, yakni keluarga bangsawan
Earl of Devonshire yang kemudian membiayainya untuk berkeliling
eropa.
Karena mengajar inilah sehingga membuat Hobbes dapat berkeliling Eropa dan
bertemu dengan tokoh dan pemikir hebat di Eropa Barat.yang sedikit banyak
mempengaruhi pemikiran Thomas Hobbes.
Thomas Hobbes adalah orang pertama di
abad ke-17 yang mengikuti aliran Empirisme, dimana meletakkan pengalaman
sebagai sumber pengenalan akan tetapi
tidak berarti rasionalisme sama sekali ditolak.
Pengalaman adalah awal dari segala ilmu pengetahuan dimana pengalaman yang
memberi jaminan kepastian. Kata-katapun harus diuji dengan pengalaman, jadi
jika tedapat kata-kata abstrak berarti kata- kata tersebut tidak mengacu pada
hakikat universal.
Hobbes menyusun sebuah sistem dengan
lengkap, dia berpangkal terhadap empirisme secara konsekuen. Ia merujuk kepada
dasar- dasar empiris tetapi ia juga menerima metode yang matematis dari ilmu
alam. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Dimana
dipersatukan dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsikuen pada zaman modern. Baginya filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek atau akibat atau tentang penampakan yang
sedemikian seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang
semula kita miliki dari sebab sebabnya, lagipula dari sebab yang sedemikian
seperti yang dapay dimiliki dari mengetahui terlebih dahulu akibat-akibatnya.
Ujung tombak sebuah filsafat berupa
pengamatan fakta-fakta, mecari sebab-sebabnya merupakan maksud dari filsafat.
Sedangkan peralatannya adalah pengertian yang diungkapkan berupa kata-kata yang
menggambarkan fakta-fakta tersebut. Di dalam penelitian diberikan fakta dalam
bentuk pengertian pada kesadaran kita. Sasaran ini didapat dengan pengertian
ruang, waktu bilangan dan gerak yang diamati pada benda yang bergerak. Pada
pandangan hobbes tidaklah nyata semua yang diamati pada benda, melainkan gerak
dari bagian bagian kecil sebuah benda dan sifat benda ditunjukan oleh gejala
yang ada pada benda.
Hobbes adalah seorang materialis pertama
dalam filasafat modern. Ia seorang meterialis dibidang ajaran “yang ada”.
Hobbes menagandung meterialisme dimana semua yang ada bersifat bendawi.
Maksudnya adalah tidak tergantung kepada gagasan yang kita miliki. Kejadian
adalah sebuah gerak yang berlangsung karena keharusan, segala objek didalam
dunia luar bersandar kepada proses tanpa pendukung yang berdiri sendiri, dimana
manusia tidak lebih suatu bagian alam bendawi yang mengelilinginya. Dimana azas
pertama kenyataan adalah materi dan gerak, dengan konsep materi dan gerak ini,
Hobbes ingin menegaskan bahwa konsep spiritual tidak relevan bagi filsafat
karena tidak terdapat dalam pengalaman kita.
Menurut Hobbes jiwa adalah komplex dari
proses mekanis dari dalam tubuh atau bukanalah pembawaan melainkan hasil
perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil jika
diarahkan kepada suatu keinginan dan
jika diarahkan untuk meninggalkan sesuatu yang disebut keengganan atau
kebencian. Kehendak bukanlah suatu yang berbeda dengan keinginan dan kehendak,
tetapi hal yang sama denagn itu, namun yang terkauat jika
terjadibentrokan-bentrokan dimana Hobbes tidak mengakui adanya kehendak bebas.
Maksudnya adalah tidak adanya kebebasan memilih, karena pilihan ditentukan oleh
sebuah reaksi yang didasarkan pada alamiah yang disebut juga dengan
determinisme psikologis. Untuk konsep manusia, menurutnya manusia adalah
makhluk yang ingin mndapatkan kesejahteraan individual dan menghindarkan kesengsaraaan, dan
merupakan makhluk yang antisosial karena untuk memperoleh kesejahteraan akan
bertabrakan dengan keinginan orang lain sehingga akan memperebutkan hal-hal
untuk sebuah kesejahteraan dan mempertahankan kekuasaan.sehingga akan timbul
egoisme diantara masyarakat. Jika masyarakat yang digambarkan Hobbes adalah
egois dan anti sosial bagaimana manusia bias hidup sejahtera oleh karena itu
Hobbes mengeluarkan konsep bahwa semua masyarakat harus diatur oleh suatu
penguasa yang berkuasa mutlak.
Konsep Hobbes tentang Negara jauh lebih
modern dibandingkan dengan teori dari filsuf sebelumnya, sehingga namanya besar
karena konsep negaranya ini.
Dimana dalam menjalankan kehidupan masyarakat atau warga Negara akan sering
terjadi bentrokan-bentroka yang akan menimbulkan kehancuran, oleh karena itu
warga Negara harus patuh terhadap penguasa. Dimana penguasa harus mementingkan
perdamaian dan perlindungan . penguasa
berhak mengatur semua hak,hukum serta hukum moral. Negara harus kuat, bila
lemah akan terjadi anarkhi,meletusnya perang sipil dan mengakibatkan kekuasaan
terbelah.
akan tetapi bila tindakan penguasa menimbulkan penderitaan terhadap warga
Negara maka rakyat berhak memberontak penguasa. Jika dikaji dalam bentuk
pemerintahan sebuah Negara Hobbes lebih memihak kepada pemerintahan yang
ditangan raja yang diperbantukan oleh dewan yang terampil.Hobbes kurang memihak
pada bentuk pemerintahan majelis, karena nantinya peran politik akan
terbagi-bagi karena banyak yang diikutsertakan dalam proses politik sehingga
kesepakatan politik sulit untuk dicapai..
Hobbes juga menolak menjalankan Negara dengan system politik yang demokratis
karena akan terjadi pembagian kekuasaan dan pemisahan kekuasaan yang nantinya
akan membuat Negara menjadi tidak solid.
Hobbes dikenal sebagai salah seorang
perintis kemandirian filsafat.
Dia berpendapat bahwa pada zaman renaissans kebanyakan filsuf sukar untuk
membedakan antara filsafat dari teologi, dimana Hobbes menegaskan bahwa suatu
filsafat tidak berurusan dengan teologis, melainkan objek dari filsafat itu
sendiri adalah objek lahiriah yang bergerak disertai dengan ciri-cirinya. Hal-hal
lain seperti tuhan dan malaikat harus disingkirkan dari bidang filsafat. Dia
beranggapan bahwa pengetahuan merupakan kekuasaan dari manusia untuk menaklukan
alam. Berdasarkan anggapannya tersebut Hobbes mengesahkan 4 bagian didalam
filsafat.
1. Geometri
yaitu refleksi atas benda dalam ruang.
2. Fisika
yaitu refleksi atas hubungan benda yang timbal balik dan gerak dari benda
tersebut.
3. Etika
atau disebut psikologi yaitu refleksi atas hasrat , perasaan serta gerak mental
manusia.
4. Politik
yaitu refleksi atas institusi-institusi sosial
Dimana
keempat bagian filsafat ini saling berkaitan misalnya pada kehidupan politik,
dianggap berhubungan dengan kehidupan
mental yang kemudian berkaitan dengan fisik manusia.dimana masyarakat
dan manusia bias dikembalikan pada gerak dan materi fisika.
Pandangan Hobbes mengenai agama
yaitu hanya turut berperan sebagai
sarana control sosial dimana agama berporos pada rasa takut manusia sehingga
rasa takut tersebut dapat menciptakan ketertiban dengan kata lain rasa takut
dan percaya terhadap agama dapat dijadikan alat untuk menciptakan masyarakat
lebih patuh dan taat terhadap penguasa karena agama termasuk kedalam pengawasan
penguasa yang dilakukan untuk menjaga ketentraman dan untuk mempertahankan
posisi penguasa.
2.3 Karya-karya
Thomas Hobbes
Karya-karya yang diciptakan Hobbes cukup
banyak meskipun Hobbes sendiri adalah seorang ilmuwan dan pemikir yang ahli
dalam bidang ilmu matematika, sains dan seorang filsuf politik. Karya Hobbes
antara lain adalah Leviathan atau commonwealth tahun 1651 mengenai
kekuasaan untuk menjadikan manusia hidup secar aman dan damai. Kemudian adalah
Elements of law untuk menjawab persoalan kekuasaan absolute, karya De Cive tahun
1640 tentang kewarganegaran dengan filsafat moral dan politik. Sedangkan karya
dalam bidang fisika dan optik diterbitkan pada tahun 1644 yang berjudul Cogitata
physico-mathematica, Universae, De Homine tahun 1657,
dan Behemoth tahun 1682.
Leviathan
Leviathan
or The Matter, Forme and Power of a Common Wealth Ecclesiasticall and Civil — biasanya disebut Leviathan saja — adalah buku yang
ditulis oleh Thomas
Hobbes
(1588-1679) dan diterbitkan pada tahun 1651. Judulnya berasal dari monster Leviathan
dalam kitab suci.
Penerbitnya adalah Andrew Crooke. Buku ini merupakan salah satu karya klasik
yang terkenal dan sejajar dengan The Prince
karya Machiavelli.
Leviathan ditulis pada masa Perang
Saudara Inggris (1642–1651). Buku ini
berbicara tentang struktur masyarakat, pemerintahan resmi, dan kontrak
sosial.[1]
Hobbes mendukung kontrak sosial
dan kekuasaan oleh penguasa yang absolut. Ia menulis bahwa kekacauan atau perang saudara hanya
bisa dihindari dengan mendirikan pemerintahan pusat yang kuat.
Ulasan
Karya Thomas Hobbes
Pada tahun 1640, Thomas Hobbes membuat
naskah mentah tentang the elements of law. Kemudian pada tahun 1942,
ia membuat sebuah buku berjudul “De Cive” yang mana merupakan karya
filsafat politk pertamanya. Namun, pada tahun 1951, ia membuat sebuah karya
masterpiecenya yang paling populer dikalangan dunia sebagai filsafat
politik umum pertama filsuf Inggris, yakni sebuah buku berjudul Leviathan.
Dalam Leviathan, Hobbes menyebutkan
bahwa secara umum kuasa seorang manusia adalah saripati dari segala bentuk
fasilitas yang dipakai untuk meraih tujuan kedepan.. Kuasa dipandang sebagai
instrumen yang operasional dalam pencapaian kehendak-kehendak manusia. Bentuk
formal kekuasaan tersebuat bisa berupa natural dan artifisial. Kekuasaan
natural berdasarkan pada ciri-ciri istimewa dari tubuh atau pikiran manusia,
misalnya pada kekuatan bentuk tubuhnya, kecerdasan pikirannya, ketrampilan
tangannya, kefasihannya dalam berbicara, kemurahan hatinya, dan juga
keningratannya. Sementara itu kekuasaan artifisial mencakup sarana-sarana dan
alat-alat untuk meningkatkan kuasanya yang didapat lewat keistimewaan maupun
keberuntungan, mislanya kekayaan, nama baik, kawan-kawan, dan pertolongan Tuhan
yang tak nampak. Namun selain memandang kuasa sebagai hal yang operasional dan
formal, hobbes juga mendefinisikan kuasa secara substansial. Menurutnya,
hakikat kuasa ibarat rasa lapar, makin lama ia dibiarkan, makin besarlah
dia.
Hobbes berpendapat bahwa manusia dalam keadaan alamiah bukanlah makhluk
yang gemar bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia dipenuhi oleh nafsu dan hasrat
untuk berkompetisi. Oleh sebab itu muncullah sebuah adagium “homo homini
lupus, bellum omnium contra omnes” yang artinya manusia bisa menjadi serigala
bagi manusia lainnya. Hobbes berpendapat bahwa terbentuknya sebuah Negara
atau kedaulatan pada hakikatnya sebuah kontrak atau perjanjian sosial. Dalam perjanjian
itu juga disepakati untuk tidak saling menyerang dan hidup mematuhi undang-undang.
Hanya ada satu hak yang tidak diserahkan kepada Negara, hak mempertahankan diri.
Perjanjian tersebut dilakukan antara individu dengan individu, bukan individu dengan
Negara. Jadi Negara bebas dari keterikatan janji. Negara bebas melakukan apapun
yang dikehendakinya, terlepas apakah sesuai atau tidak dengan kehendak individu.
Negara versi Hobbes tidak memiliki tanggungjawab apapun terhadap rakyat.
Negara kekuasaan yang
memiliki sifat-sifat Leviathan adalah kuat, kejam dan ditakuti. Merupakan pemecahan
masalah terbaik untuk menghadapi persoalan itu. Kepatuhan total merupakan esensi
utama Negara kekuasaan. Hobbes memang tidak mengemukakan secara jelas menegenai
bentuk Negara terbaik, bagi hobbes bentuk Negara apapun baik, asal kekuasaannya
tidak terbagi-bagi. Dengan logika yang sama Hobbes juga tidak setuju dengan
Negara demokrasi, karena demokrasi menuntut adanya pluralism politik,
kekuasaannya terbelah, dan menurut Hobbes itu yang menjadi cikal bakal terjadinya
konflik kekuasaan. Dan masih menurut Hobbes, monarki absolute dengan hanya memiliki
seorang penguasa adalah bentuk Negara terbaik. Sebab Negara dengan seorang penguasa
akan bisa tetap konsisten dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya. Untuk menunjang
kekuasaannya, seorang penguasa monarki absolute memiliki hak-hak istimewa.
Ajaran Hobbes tentang absolutism
Negara danperan instrumental agama ini mendukung monarkisme. Hobbes mendukung
bahwa raja harus memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Baginya, demokrasi itu
lemah, keropos, dan hanya bisa dilakukan di negara-negara kecil. Dalam negara
yang besar pemerintahan haruslah absolut agar tidak terjadi kekacauan dan ketidak
stabilan politis. Negara itu benar-benar sang Leviathan, binatang purbaitu yang
mengarungi samodra raya dengan perkasa, tanpa menghiraukan siapapun.
Kekuasaannya mutlak. “Siapa yang diserahi kekuasaan tertinggi, tidak terikat
pada hukum negara (karena itu akan berarti bahwa ia berkewajiban terhadap dirinya
sendiri) dan tidak memiliki kewajiban terhadap seorang warga negara. Masyarakat
hanya tinggal menerima, atas dasar norma-norma moral dan keadilan pun Negara
tidak dapat dituntut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Karena apa yang
harus dianggap adil ditentukan oleh Negara sendiri. Maka menurut Hobbes Negara
tidak dapat bertindak dengan tidak adil.
2.4 Thomas Hobbes dan Hubungannya
dengan Tokoh Pemikir Lainnya
Pemikiran Hobbes tentang politik tidak terlahir
begitu saja. Selain dari proses pemikirannya yang panjang dan mendalam, juga
dipengaruhi oleh tokoh-tokoh pemikir lainnya. Buah hasil pemikirannya pun tidak
hanya berhenti sampai disini, pemikirannya juga memengaruhi tokoh-tokoh era
setelahnya. Maka dari itu, relasi antar tokoh pemikir politik Barat juga perlu
kita cermati.
Sebelum berkecimpung dalam pemikirannya tentang politik,
jauh sebelum itu Thomas Hobbes akrab dengan tokoh-tokoh ilmuwan dari beberapa
negara di Eropa Barat dalam ekspedisinya ketika umur 22 tahun. Tokoh-tokoh yang
dikenalinya diantaranya adalah Rene Descartes, Galileo Galilei, W. Harvey, dan
Francis Bacon.
Disini dapat kita lihat kecerdasan dan cemerlangnya
seorang Thomas Hobbes, meskipun berkenalan dengan para ilmuwan yang menggeluti
di bidang ilmu eksakta, namun ilmu pasti yang sedikit ia pelajari dari tokoh
tersebut justru dapat melahirkan pemikiran tentang politik dan negara.
Awal mula Hobbes mulai dipengaruhi yaitu oleh Francis
Bacon yang juga berkebangsaan Inggris. Menurutnya, penalaran dan pemikiran yang
empiris sangat diperlukan dalam sudut pandang menilai sesuatu. Akan tetapi
Hobbes lebih cendrung kepada pemikiran yang lebih masuk akal atau rasional.
Hobbes
menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia terjadi atas hukum mekanisme yang
sudah pasti. Sama halnya dengan manusia dan segala aspek kehidupannya. Jadi
sekompleks apapun kejadian manusia di bumi sebenarnya dapat dipahami karena
sudah sesuai dengan mekanisme yang ada, dan tentu saja mekanisme tersebut juga
rumit dan kadang dapat berubah-ubah.
Kemudian seorang filsuf dan matematikawan berkebangsaan
Perancis turut memengaruhi pemikiran Hobbes. Yaitu Rene Descartes yang pernah
mengasingkan diri ke daerah terpencil di Perancis hanya untuk menekuni
geometri. Dan geometri pula lah yang menginspirasi Hobbes dalam mengemukakan
pendapatnya bahwa geometri mampu menghasilkan model pengetahuan sistematika
yang ideal, disamping pengaruh kepadanya tentang bagaimana memengaruhi manusia.
Galileo Galilei yang namanya sudah tidak asing lagi di
bidang astronomi turut memengaruhi pemikiran Thomas Hobbes. Hobbes bertemu
dengan Galileo ketika berada di Florence. Dan sebelumnya sekitar tahun 1620,
Hobbes bekerja selama beberapa waktu sebagai sekretaris Francis Bacon.
Hobbes belajar
bagaimana pendekatan dalam mempelajari manusia dan masyarakat yang diolah dari
bagaimana Galileo berpikir dalam memahami alam semesta. Menekankan hubungan
antara pandangan umum Hobbes tentang metode dan tradisi berfikir dan metode
dalam geometri.
Hobbes saat itu benar-benar terpengaruh oleh yang namanya
The New Deterministic Science Of The Age(Galileo,
Newton, Boyle, Hooke) dan dengan matematika yang merupakan ilmu pasti. Hobbes
sangat tertarik dalam membangun model alam semesta yang benar-benar mekanis.
Lalu kemudian ketika mengunjungi Galileo, ia percaya bahwa dunia fisik secara
keseluruhan dapat dijelaskan dengan pergerakan ilmu pengetahuan yang baru. Dan
lebih lanjut, Hobbes percaya bahwa tubuh manusia juga dapat dijelaskan sebagai
sistem yang dinamis, sebagaimana cara kerja pikiran dan masyarakat sipil.
Maksudnya adalah manusia dengan akalnya dapat berpikir secara rasional untuk
bertindak sesuai pada nilai dalam masyarakat.
Kemudian salah satu tokoh yang sangat berpengaruh
terhadap pemikiran Thomas Hobbes adalah pemikiran Niccolo Machiavelli yang
merupakan seorang filsuf dan ahli politik asal Italia. Salah satu karya
Machiavelli yang paling terkenal dan paling berpengaruh adalah The Prince (1932) yang berisikan tentang
metode mendapatkan dan mengamankan kekuasaan politik. Meskipun dipengaruhi oleh
pemikiran Machiavelli, Hobbes memiliki pola pikirnya tersendiri.
Hobbes juga
memiliki banyak karya dan salah satu maha karyanya adalah buku berjudul Leviathan or The Matter, Forme and Power of
a Common Wealth Ecclesiasticall and Civil atau biasa disebut Leviathant saja. Secara umum, dijelaskan
bahwa Hobbes sangat mendukung terhadap sistem kontrak sosial dan kekuasaan
pemerintahan yang absolut, karena menurutnya dengan membangun pemerintahan yang
kuat dan terpusat dapat menghindari segala bentuk kekacauan.
Perbandingan
antara keduanya pun dapat terlihat jelas dari metode yang dipakai dalam melihat
sudut pandangnya terhadap politik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
fakta bahwa Hobbes adalah seorang sarjana dan tujuannya adalah menempatkan
politik berpijak pada ilmu pengetahuan / ilmiah. Oleh karena itu ia menggunakan
pendekatan logis dan rasional yang ketat untuk karyanya. Sebaliknya,
Machiavelli adalah tipe orang yang senang untuk langsung melakukan tindakan di
lapangan, terutama ketika ia bekerja sebagai pegawai sipil untuk Republik
Florentin.
Machiavelli
menjelaskan hasil pengamatannya tentang bagaimana orang benar-benar berperilaku,namun
bukan cara mereka harus berperilaku dalam segi hipotetis dan tidak berwujud.
Metode Machiavelli justru lebih menunjukkan realitas yang ada di masyarakat.
Ini adalah perbedaan dalam metodologi, yang akhirnya mendasari perbedaan
keyakinan politik dua orang tersebut.
Pemikiran
Politik Hobbes dirancang untuk membuat analisis politik yang lebih ilmiah. Hobbes
menyajikan pandangannya tentang metode filosofis, matematika, geometri, fisika,
dan sifat manusia. Ia percaya bahwa jika politik dianalisis dari perspektif
ilmiah akan lebih mudah untuk ditarik kesimpulan/tujuan yang akhirnya dapat
mengarah kepada negara yang damai.
Selain
dipengaruhi oleh beberapa pemikiran dan tokoh-tokoh filsuf lainnya, pemikiran
Hobbes juga memengaruhi tokoh yang lain setelahnya. Salah satunya adalah Joseph
Butler, karena Hobbes yang beraliran empirisme dan konsep manusia dari
perspektif empirisme-materialisme, menginspirasi Joseph dalam filsafat moral.
Jospeh Butler kemudian menjadi seorang ahli teologi dan menjadi uskup di sebuah
gereja Anglikan.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Thomas Hobbes adalah salah
satu tokoh pemikir politik barat dan filsuf pada masa renaissans yang lahir
pada tanggal 5 april di Malmesbury tahun 1588. Hobbes melanjutkan pendidikannya
ke Oxford University dan berhasil meraih gelar BA (Baccalaureus Artium).Hobbes juga menghasilkan beberapa karya
diantaranya adalah De Cive (1642), De Homine (1658), De Corpore (1655), dan
mahakaryanya adalah Leviathan (1651).
Thomas
Hobbes merupakan pemikir politik barat yang yang beraliran empirisme dimana
sumber segala ilmu pengetahuan adalah pengalaman . Hobbes adalah seorang
materialis pertama dalam filasafat modern.Hobbes menagandung meterialisme
dimana semua yang ada bersifat bendawi.pandangan Hobbes mengenai manusia adalah
makhluk anti sosial yang sangat mengupayakan kesejahteraan dan menghindarkan
kesengsaraan sehingga untuk mencapai keadaan yang sejahtera akan terjadi
bentrok sesama manusia.oleh karena itu dibutukan penguasa yang berkuasa secara
mutlak untuk menciptakan perdamaian.
Pemikiran Hobbes
tidak terlepas dari pengaruh pemikiran tokoh lainnya. diantaranya adalah Rene
Descartes, Galileo Galilei, Harvey, dan Francis Bacon yang ia kenali ketika
melakukan ekspedisi ke eropa barat pada umur 22 tahun. Selain itu, Niccolo
Machiavelli dengan karyanya yang berjudul The Prince turut menginspirasi Hobbes
dalam membuat buku Leviathan.
3.2 Saran
Dalam tulisan ini, penyusun
memberikan saran yaitu agar para pembaca dapat lebih mengenali tokoh pemikir
dan memahami isi pemikirannya. Sehingga kita dapat berpikir lebih mendalam dan
kritis mengenai politik yang berkembang di Dunia Barat.
Daftar Pustaka